Tiga Kakak Beradik dari Belanda, Datang ke Indonesia Untuk Melawan Lenjajah Belanda

Tiga Kakak Beradik dari Belanda, Datang ke Indonesia Untuk Melawan Lenjajah Belanda


Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Tiga Kakak Beradik dari Belanda, Datang ke Indonesia Untuk Melawan Lenjajah Belanda

Signal.co.id – Pada tahun 1947, ada 4 wanita Belanda yang secara terus terang membela kemerdekaan Indonesia.
Mereka adalah keluarga Kobus yang berhaluan sosialis di Amsterdam, mereka datang ke Indonesia menaiki kapal Welterverden, yang bertolak dari Pelabuhan Rotterdam pada 6 Desember 1946.

Kapal ini mengangkut tentara Belanda, tetapi di dalamnya juga lebih dari 200 mantan mahasiswa Indonesia serta warga Belanda.
Tiga kakak beradik Kobus ini sudah sejak awal ingin hijrah ke Indonesia, namun rencana keberangkatan mereka terus menerus tertunda, karena kapal-kapal Belanda memprioritaskan pengerahan pasukan ke Indonesia, “untuk menertibkan situasi” sesudah Indonesia memerdekakan diri.

Kesempatan datang pada Desember 1946, dan tak di sia-sia kan oleh Kobus bersaudara, Betsy, Annie, Miny dan Mien ibu mereka, turut pula di kapal itu sahabat mereka Dolly serta sejumlah orang, mereka tiba di Pelabuhan Tanjung Priuk pada 1 Januari 1947.

Di ceritakan dalam buku Enkele Reis karya Hilde Janssen, Dolly dan keluarga Korbus itu tidak sendirian, dari dalam kapal turun 57 perempuan Belanda yang menikah dengan pria Indonesia, 11 pemuda Belanda yang ingin berjuang membela Indonesia, 12 orang China, serta sekitar 200 mantan mahasiswa dan awak kapal asal Indonesia.

Setelah beberapa hari di Yogyakarta, mereka menghadiri acara penyambutan yang di hadiri Presiden Soekarno, ibu dan kakak beradik Kobus berhasil menghampiri sang Proklamator.

Sang Ibu, mien, bagaikan menyerahkan ketiga anaknya pada Indonesia, melalui Presiden Soekarno.
Sang Proklamator menepuk bahu Mien, seraya berkata “jangan Khawatir ibu, kami akan menjaga mereka”.

Beberapa hari kemudian, Kobus bersaudara berangkat ke Jember, di sana Miny dan Annie bekerja untuk Palang Merah Indonesia, adapun Dolly menetap bersama suaminya di Solo.

Dalam tempo 7 bulan, setelah para perempuan Belanda itu menginjakkan kaki di Indonesia, mereka sudah langsung berada di tengah-tengah pertempuran.

Pada 21 Juli 1947, Pemerintah kerajaan Belanda mengerahkan ribuan pasukan dalam rangka “Aksi Polisionil”, untuk merebut kembali wilayah jajahannya yang memerdekakan diri, Indonesia mengenalnya sebagai agresi Belanda pertama.

Hanya dalam waktu 5 hari sejak operasi militer di mulai, para serdadu KNIL telah merangsek ke kota Malang, tempat Dolly, Annie dan Miny tinggal waktu itu, sedangkan Betsy masih di Jember. ( di rangkum dari berbagai sumber )

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait

inquiry
aksara