Cerita rakyat Banten : Terbentuknya Gunung Pinang
Cerita rakyat Banten : Terbentuknya Gunung Pinang
Signal.co.id – Pada zaman dahulu kala, hiduplah pria bernama Dampu bersama ibunya, hidup mereka diselimuti dengan kekurangan.
Lelah dengan kemiskinan, membuat Dampu ingin merantau saja ke negeri Malaka, disana akan banyak pekerjaan, hingga membuat dirinya kaya.
Ibunya tidak setuju kalau anak semata wayangnya pergi, namun melihat anaknya setiap hari melamun, membuat sang ibu merasa iba, dan berubah pikiran.
Dengan berat hati, sang ibu mengijinkan Dampu pergi dengan satu syarat, harus rajin memberikan kabar melalui merpati peninggalan ayahnya.
Keberuntungan menghampiri Dampu, kebetulan ada saudagar kaya dari Samudra Pasai berlabuh di teluk Banten.
Beliau adalah Teuku Abu Matsyah, dan putrinya yang cantik Siti Nurhasanah.
Dampu meminta ijin, agar supaya bisa di perbolehkan bekerja di kapal tersebut, karena akhlak dan perilakunya baik, membuat ia di sukai oleh Teuku Abu Matsyah.
Akhirnya Dampu menikahi Siti Nurhasanah, dan mewarisi seluruh harta kekayaan sang mertua, setelah ia meninggal dunia.
Selama merantau, Dampu hanya empat kali mengirim kabar pada ibunya.
Suatu hari, ia harus berlabuh di Banten untuk bertemu Sultan.
Rakyat berkumpul untuk melihat saudagar kaya raya yang datang, ibunya juga ikut kesana karena berharap anaknya muncul.
Ibu itu mengenali anaknya, dia menyambut kepulangan Dampu, akan tetapi sang anak tidak mau mengakui ibunya.
Dampu segera memerintahkan anak buahnya, agar segera pulang dan membatalkan rencana kunjungan.
Rasa sakit hati, membuat sang ibu berdoa, bila memang itu anaknya, maka akan mendapatkan hukuman yang setimpal.
Seketika badai datang, awak kapal berhamburan menceburkan diri ke laut, namun Dampu tetap tidak mau mengakui ibunya, serta meminta maaf.
Kapalnya terkena pusaran angin kencang, lalu terlempar jauh ke arah selatan.
Bangkai kapal berubah jadi gunung pinang, yang masih bisa di lihat sampai sekarang.