Cegah Radikalisme & Intoleransi ke Siswa, Komnasdik Jatim Teken MoU dengan Ketum PJI
Cegah Radikalisme & Intoleransi ke Siswa, Komnasdik Jatim Teken MoU dengan Ketum PJI
Dunia pendidikan menengah yang kita kenal sebagai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah (MA) berperan utama menggodok kader anak bangsa yang potensial dan berjiwa Nasionalisme tinggi.
Di tingkat pendidikan menengah inilah kepribadian siswa ditempa. Akan menjadi kader anak bangsa berjiwa Nasionalisme tinggi atau malah sebaliknya menjadi “pribadi perusak”. Di tingkat lebih tinggi, pendidikan tinggi atau akademis, intelektual dan keahlianlah yang dominan diolah.
Menurut Hartanto Boechori Ketua Umum PJI, di tingkat pendidikan menengah ini ada sekolah kejuruan yang lebih mengarah mengasah keahlian siswa di bidang tertentu seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Tetapi tetap saja, tingkat menengah ini menjadi “Kawah Candra Dimuka Penentu” kepribadian siswa, penerus generasi Bangsa.
“Semua stake holder dunia pendidikan khususnya pendidikan menengah, wajib mempunyai tanggung jawab moral “habis-habisan” atau tanggung jawab moral sangat tinggi untuk menciptakan kader anak bangsa potensial. Menempa siswa menjadi pribadi-pribadi yang benar-benar berguna bagi Nusa Bangsa kita.” Katanya.
Hal itulah yang menjadi alasan utama saya meluangkan waktu memenuhi undangan Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur “Kunjung Wahyudi“ di Café Hotel Tunjungan Surabaya, Senin 20/6/2022 dengan agenda mendiskusikan beberapa permasalahan krusial di dunia Pendidikan menengah khususnya di Jawa Timur.” Tambah Hartanto.
Menurutnya, Ada beberapa hal krusial menghadang anak didik kita, Generasi penerus Bangsa kita terancam demoralisasi, dirusak moral kepribadiannya dengan “dicekoki paham pembodohan” menjadi pribadi-pribadi perusak, pembenci, radikal, intoleran dan anti Nasionalisme.
“Sekurangnya di beberapa sekolah telah terindikasi kuat anak didik kita disusupi paham anarko/anarkisme, paham radikalisme dan intoleransi serta dirusak mental serta moralnya dengan narkoba.” Ujarnya.
Permasalahan ini bukan sekedar kemungkinan atau rasa waswas saja. Kunjung Wahyudi bahkan telah didatangi aparat penegak hukum berwenang dan diperlihatkan data intelijen. Ada beberapa kelompok tertentu berupaya “memprogram” siswa dengan cara “cuci-otak/brain wash”, merusak moralnya menjadi berpola-pikir sempit yang pada intinya menjadi “berpola pikir bodoh”. Jelas Hartanto.
Hartanto menegaskan, Jurnalis anggota PJI mendukung dari sisi publikasi. PJI juga akan melaksanakan program pembelajaran jurnalistik di sekolah-sekolah di Jawa Timur, baik berbentuk diklat, pelajaran ekstra kurikuler maupun intra kurikuler dan bentuk lainnya. Penanda-tanganan Memory of Understanding (MOU) sedang dipersiapkan.